Saudagar Minang Raya

Categories
Artikel

Wisata Sumatera Barat: Perjalanan Mengenal Budaya Minangkabau

Mengenal budaya minangkabau, Sumatera Barat memiliki ragam warisan budaya yang sangat memukau dan kaya akan keindahan alamnya. Warisan budaya ini menghantarkan minangkabau dikenal oleh mancanegara. Kebudayaan yang paling menonjol di daerah ini merupakan tradisi Minangkabau yang sampai saat ini masih dirawat secara baik oleh masyarakatnya. Artikel ini akan mengajak anda lebih dekat mengenal keunikan tradisi Minangkabau.

Minangkabau memiliki tradisi yang unik, mulai dari arsitektur rumah adat, kuliner hingga tradisi adat yang masih dipertahankan hingga saat ini. Selain itu, Minangkabau juga memiliki bahasa yang khas dan masih digunakan sebagai alat dalam berkomunikasi sampai saat ini.

Masyarakat Minangkabau telah lama mengenal kebudayaan, mulai dari ukiran, pakaian dan perhiasan. Namun perkembangannya tidak merata, hanya dirasakan di sebagian tempat saja. Minangkabau kaya akan budaya, sehingga setiap daerah mempunyai ciri khas dari kebudayaan mereka masing-masing. Berikut bagian dari budaya Minangkabau yang harus dikunjungi ketika berada di Sumatera Barat;

Arsitektur Rumah Adat Minangkabau

Minangkabau memiliki arsitektur rumah gadang yang sangat unik. Rumah adat Minangkabau ini memiliki atap seperti tanduk kerbau yang disebut dengan “gonjong”. Bangunan ini juga melambangkan kekuatan, kemakmuran dan keharmonisan keluarga. Selain itu, rumah gadang juga memiliki

rumah adat minang

Salah satu ciri khas yang paling mencolok dari budaya Minangkabau adalah arsitektur rumah adat yang unik. Rumah adat Minangkabau memiliki atap berbentuk tanduk kerbau yang disebut “gonjong”. Oleh karena itu, rumah gadang disebut juga sebagai bangunan bergonjong. Bangunan ini melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan keharmonisan keluarga. 

Kemudian hal yang menarik lainnya dapat kita lihat dari proses pembangunan rumah gadang yang aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan menyambung dua bagian kayu. Bangunan ini hanya menggunakan pasak, sehingga rumah gadang ini juga tahan gempa, karena saat terjadinya gempa bangunan tersebut berayun mengikuti ritme goncangan. 

Saat ini rumah gadang ini banyak di Nagari Pariangan, memasuki kawasan ini akan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Anda akan disuguhkan dengan perkembangan budaya dan sejarah yang masih kental.

Baca juga : Peran Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi di Sumatera Barat

Kuliner Khas Minangkabau

Jika anda berkunjung ke Sumatera Barat, maka kuliner khas Minangkabau akan memanjakan lidah kalian. Kuliner ini tidak boleh anda lewatkan, karena citra rasanya yang enak dan memiliki ciri khas yang tidak bakal bisa dinikmati di tempat lain. Minangkabau kaya akan kuliner, salah satu masakan yang paling terkenal adalah Rendang.

rendang

Rendang merupakan hidangan yang berbahan dasar daging yang dimasak dengan menggunakan santan dan rempah-rempah. Cita rasa yang dihasilkan dari perpaduan daging, santan dan rempah ini tidak perlu lagi dipertanyakan. Rendang telah menjadi salah satu makanan terpopuler di Indonesia.

Selain rendang, juga ada  makanan khas lainnya, seperti Sate Padang, nasi kapau, gulai daun singkong dan lain-lainnya. Mencicipi kuliner khas Minangkabau akan memuaskan selera Anda dan membawa Anda dalam perjalanan rasa yang tak terlupakan.

Baca juga : Menikmati Keindahan Ramadhan di Sumatera Barat: Tradisi, Kuliner, dan Wisata

Tradisi Adat yang Dilestarikan

Adat di Minangkabau berlandaskan kepada islam yaitu “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Hingga saat ini masyarakat minangkabau masih melestarikan adat tersebut, mulai dari batagak pangulu, balimau, tabuik, makan bajamba dan lainnya. Kemudian randai bagian dari tradisi seni pertunjukan legendaris yang masih terkenal hingga saat ini.

Randai merupakan seni pertunjukan dari teater tradisional Minangkabau yang masih eksis hingga saat ini. Pertunjukan randai ini melibatkan tarian, musik dan dialog, sehingga perpaduan tersebut menghasilkan ciri khas tersendiri bagi randai dibandingkan seni teater lainnya.

Kemudian, pertunjukan randai ini mengangkat cerita-cerita Minangkabau dengan perpaduan tampilan keindahan gerakan tari serta kepiawaian aktor dalam menghidupkan karakter.  Menyaksikan pertunjukan randai akan memberikan Anda gambaran yang mendalam tentang sejarah dan budaya Minangkabau.

Selain itu, tradisi pernikahan adat Minangkabau juga patut untuk disimak. Tradisi ini melibatkan prosesi yang unik, seperti tari-tarian, upacara adat, pengantin yang diarak menggunakan kain songket, dan acara bersanding di hadapan keluarga dan tamu undangan. Perjalanan ke Sumatera Barat memberikan kesempatan yang langka untuk menyaksikan tradisi adat Minangkabau yang indah dan bernuansa megah.

Baca juga : Peran pendidikan dalam Pembangunan Ekonomi Sumatera Barat

Festival Budaya dan Acara Adat

Minangkabau juga kaya akan festival budaya, untuk anda yang melakukan perjalanan ke Sumatera Barat, jangan lewatkan kesempatan untuk dapat menghadiri festival budaya dan acara adat tersebut. Salah satu festival budaya minangkabau yang paling terkenal adalah Tabuik Festival Di Kota Pariaman.Upacara Tabuik (1)

Festival tabuik di Kota Pariaman ini dirayakan secara meriah dan penuh warna, di mana masyarakat setempat memeriahkan peringatan Asyura dengan membawa patung-patung Tabuik yang kemudian diarak dan ditenggelamkan di laut. Festival ini diadakan satu kali setahun dan dapat mengundang banyak perhatian orang untuk menyaksikannya.

Kemudian, salah satu acara adat yang populer yaitu Maanta Pasek di Bukittinggi. Acara ini  juga menampilkan tradisi unik, di mana pemuda setempat memperebutkan hadiah di atas kuda dengan keahlian dan keberanian mereka.

Kerajinan Tangan Minangkabau

Kerajinan tangan Minangkabau ini harus menjadi salah satu tempat yang harus anda kunjungi di Sumatera Barat. Anda dapat melihat serta membeli hasil kerajinan tangan ini sebagai oleh-oleh perjalanan anda ke Sumatera Barat. Kerajinan ini tentunya dibuat langsung oleh masyarakat setempat. Selain dengan membeli serta melihat kerajinan, anda juga dapat merasakan sensasi menjadi seorang pengrajin tersebut.

Minangkabau terkenal dengan penghasil tenunan songket, sebuah kain yang indah dengan motif dan warna yang khas. Anda dapat mengunjungi pusat kerajinan tangan di daerah seperti Kota Padang Panjang atau Kota Bukittinggi untuk melihat langsung proses pembuatan songket dan membeli produk-produk kerajinan lainnya seperti anyaman bambu, ukiran kayu, dan perhiasan tradisional.

Baca juga : Asal Usul Nama Minangkabau, Ternyata Begini Cerita Rakyatnya

Kesimpulan

Perjalanan budaya  ke Sumatera Barat merupakan perjalanan yang dapat memberikan pengalaman yang memikat dan memperkaya pengetahuan kita terkait tradisi Minangkabau yang kaya. Kemudian kita dapat  menjelajahi arsitektur rumah adat, mencicipi kuliner khas, menyaksikan pertunjukan tradisional, dan berpartisipasi dalam festival budaya akan membawa kita dalam perjalanan yang mendalam ke dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Minangkabau. 

Untuk oleh-oleh kita juga dapat membeli langsung dari pengrajin setempat sambil  merasakan nikmatnya nuansa menjadi pengrajin. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi keunikan budaya Minangkabau yang memukau saat mengunjungi Sumatera Barat.

Categories
Artikel

Mengenal Sejarah Perkembangan Kota Padang

Mengutip dari buku yang berjudul Sejarah Kota Padang yang disusun oleh Sofwan dkk, nama Padang berarti “dataran yang luas”. Kota Padang merupakan wilayah yang terdiri dari dataran rendah dan dikelilingi oleh perbukitan sehingga sebagian besar berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia (1987:1). Secara geografis, Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatera antara 0o44′ dan 01o08′ Lintang Selatan dan 100o05′ dan 100o34′ Bujur Timur. Berdasarkan PP No. 17 Tahun 1980 Luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau 1,65% dari luas Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan. Luas geografisnya terdiri dari 51,01% hutan lindung, 7,35% bangunan dan perkebunan, dan sisanya lahan pertanian dan pemukiman (Padang.go.id). 

 

Sejarah Kota Padang bermula dari abad ke-15 bersamaan dengan sejarah Minangkabau dimana daerah ini awalnya merupakan pemukiman nelayan pada masa kekuasaan raja Adityawarman (Raja Minangkabau). Di Tambo Minangkabau, Padang disebut kawasan pantai. Orang pertama berasal dari Kubung XIII Solok Luhak Nan Tigo (Agam, Tanah Datar dan Limo Puluh Kota). Namun ketika mereka tiba, ada juga penduduk asli yang mereka sebut orang Rupit dan Tirau. Artinya kelompok masyarakat tersebut sudah ada sebelum wilayah kerajaan Minangkabau meluas sebelum mereka tiba di Padang. Namun pada abad yang sama, Kerajaan Aceh juga mulai mengembangkan wilayahnya, terutama memperluas wilayah komersial. 

Saat itu, kerajaan Aceh telah terbentuk. Mereka Pun berhasil menaklukkan Tiku, Pariaman dan Indrapura. Pedagang Tiku dan Pariaman singgah di Padang sebelum menuju Aceh. Saat itu, Kota Padang tidak sepenting Kota Pariaman yang saat itu ditunjuk oleh Raja Aceh menjadi markas panglima tertinggi bagi wilayah pesisir Sumatera Barat. Pada awal abad ke-14, VOC memulai aktivitasnya di Indonesia. Mereka datang ke Padang melalui Pulau Cingkuk. Kemudian, selang beberapa tahun, mereka juga membangun  pemukiman yang sekarang disebut Batang Arau. Kawasan pemukiman tersebut kini juga berkembang menjadi kawasan Muara Padang. Sejak saat itu, Belanda mulai mempekerjakan pejabat perdagangan dan membangun gudang untuk menyimpan barang-barang mereka sebelum dikirim melalui pelabuhan Muara Padang. Menurut informasi yang diterima, nampaknya Belanda semakin meningkatkan aktivitasnya di wilayah ini dari tahun ke tahun. Sehingga, menjelang akhir zaman VOC tahun 1799, Padang sudah menjadi pelabuhan terpenting di pesisir barat pulau Sumatera yang juga dijadikan tempat pertemuan penduduk desa-desa sekitarnya yang hidup dari perdagangan Belanda. Selain Belanda, pedagang asing lainnya juga singgah di Padang. Beberapa di antaranya adalah Inggris, Prancis, Portugis dan Cina. Jadi, Kota Padang saat itu tidak hanya dihuni oleh pribumi, namun juga oleh beberapa orang asing. Dari desa nelayan, Padang berkembang menjadi pelabuhan komersial internasional.

 

Mengenal Sejarah Perkembangan Kota Padang

 

Menjelang akhir abad ke-18, kota Padang hanya terdiri dari Batang Arau, Kampung Pecinan, Kampung Keling, Pasar Hilir, Pasar Mudik, Pulau Aia, Ranah Binuang, Alang Lawas dan Seberang Padang. Ketika pemerintah Belanda melalui de Stuers (1788-1861) menguasai Padang, kota ini diperluas ke utara hingga Nanggalo dan Ulak Karang, selatan hingga Teluk Bayur, timur hingga Lubuk Begalung, Marapalam dan Andalais. Pada masa ini terjadi masa peralihan dimana wilayah kekuasaan yang dijalankan oleh pangeran kemudian digantikan oleh wijk atau sistem pemerintahan desa. Penghulu Wijk tidak lagi menjadi kepala pemerintahan marga atau suku, tetapi untuk kota atau wijk. Setiap wijk yang diawetkan adalah:

 

Wijk I:

Desa Mata Air dan Desa Durian. Wijk II:

Puruksen, Damarin, Olon, Ujung Pandanin kaj Rimbo Kaluangin kylät.

Wijk III:

Javanesisches Dorf, Sawahan, Belantung, Terandam und Teak.

Wijk IV:

Pondok Pondok, nächstes Dorf, Berok, chinesisches Dorf und hinter Tangsi.

Wijk V:

Dorf Parak Gadang, Simpang Haru und Andalas.

Wijk VI:

Alang Lawas, Ganting, Ranah Binuang, Pasa Gadang, das Dorf Nias und Pagargam. Wijk VII:

Desa Teluk Bayur, Air Manis, Padang dan Teleng.

Wijk VIII:

Nanggalo dan Ulak Karang.

 

Pemekaran kawasan perkotaan selanjutnya kemudian diperluas membentuk Wijk IX, yaitu Lubuk Begalung, Sungai Barameh, Parak Laweh dan Gurun Laweh. Semua Panghulu Wijk ini tergabung dalam satu badan yang disebut Dewan Penghulu Wijk yang dipimpin oleh seorang penguasa yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Penguasa didampingi oleh seorang wakil. Pada tahun 1905, atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada bulan April 1905, ditetapkan batas kota Padang. Kemudian berdasarkan Surat Edaran Pemerintah Nomor 321 Tahun 1913, wilayah kota Padang dibagi menjadi beberapa kabupaten yaitu :

Kabupaten Dataran Tinggi

Kabupaten Batang Arau

Kecamatan Binuang

Pusat rumah

Kecamatan Pauh IX

Kecamatan Sungkai

Distrik 7 Lurah Pauh V

 

Mengenal Sejarah Perkembangan Kota Padang

 

Ketujuh kecamatan tersebut disebut juga dengan Luhak dan dikepalai oleh seorang wakil presiden, namun dalam kehidupan sehari-hari disebut juga dengan Tuanku Luak. Yakni, selain ketujuh kabupaten tersebut, Kota Padang terbagi menjadi dua bagian; Padang Kota yang meliputi Kabupaten Tanah Tinggi, Batang Arau dan Binuang; dan Luar Kota Padang, d. H. Koto Tengah, Pauh IX, Sungkai and Pauh V. Ketika tentara pendudukan Jepang menyerbu negara itu pada 17 Maret 1942, Belanda meninggalkan kota Padang dengan panik. Pada saat yang sama, Soekarno terjebak di kota ini karena Belanda ingin membawanya dan melarikan diri ke Australia. Panglima tentara Jepang kemudian menemuinya di Sumatera untuk membicarakan masa depan Indonesia. Ketika Jepang mampu menguasai keadaan, kota ini dijadikan sebagai kota administratif untuk pembangunan dan pekerjaan umum.

 

Berita kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tidak sampai ke kota Padang hingga akhir Agustus. Namun, pada tanggal 10 Oktober 1945, pasukan Sekutu memasuki melalui pelabuhan Teluk Bayur, dan kota tersebut kemudian diduduki selama 15 bulan. Pada tanggal 9 Maret 1950, kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (RIS) Nomor 111, setelah sebelumnya menjadi negara RIS. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 225 Tahun 1948, pada tanggal 15 Agustus 1950 Gubernur Sumatera Tengah memutuskan untuk memperluas wilayahnya dengan Surat Keputusan Nomor 65/GP-50. Pada tanggal 29 Mei 1958, dengan Surat Keputusan No. 1/g/PD/1958, Gubernur Sumatera Barat menetapkan Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat secara de facto dan secara de jure pada tahun 1975 ditandai dengan disahkannya undang-undang tersebut. Nomor 5 Tahun 1958. Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Setelah mempertimbangkan segala keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, maka pemerintah pusat mengeluarkan Keputusan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 yang memerintahkan perubahan batas Kota Padang sebagai pemerintahan daerah.

 

Baca juga:

Dengan Surat Keputusan No. 103 yang dikeluarkan oleh Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 17 Mei 1946, Padang dinyatakan sebagai kota besar.

Categories
Artikel

Minangkabau: Keunikan Budaya serta Adat Istiadat nya

Minangkabau sebagai salah satu budaya dengan ragam keunikan tidak hanya terkenal di tingkat Nasional, namun juga Internasional. Bagaimana tidak? Salah satu makanan khas Minangkabau yaitu rendang, dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia oleh CNN sejak tahun 2017 silam. Kuliner ini merupakan incaran bagi turis domestik maupun mancanegara. Kuliner yang berbahan dasar daging ini memiliki cita rasa yang unik dan kaya akan rempah-rempah. Tidak hanya keunikan kulinernya, Minangkabau juga memiliki keunikan lainnya seperti adat istiadat, arsitektur rumah, permainan tradisional dan lainnya sesuai dengan penjelasan berikut:

Permainan Tradisional

Minangkabau: Keunikan Budaya serta Adat Istiadat nya

Beberapa permainan tradisional Minangkabau sampai saat ini masih marak di beberapa perayaan, seperti permainan bakiak, gasiang Permainan bakiak (Terompah Panjang) atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Permainan ini menggunakan sebuah alas kaki (Sandal) yang terbuat dari kayu berukuran panjang untuk dipakai oleh beberapa orang sekaligus. Permainan bakiak membutuhkan kerja sama tim untuk berjalan selaras, berbarengan  dari garis start hingga ke garis finish. Gasiang, Gasing (atau disebut juga Gangsing) adalah mainan yang berputar pada suatu sumbu dan seimbang pada satu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan oleh arkeolog. Selain digunakan sebagai mainan anak-anak dan orang dewasa, permainan gasiang terkadang juga dimainkan dengan cara bertaruh dan sebagai ramalan. Selain bakiak dan gangsiang, juga ada beberapa permainan unik tradisional Minangkabau lainnya seperti gundu, randai dan sebagainya.

Arsitektur Bangunan

Arsitektur bangunan khas Minangkabau menjadi salah satu yang mencolok. Bagaimana tidak? Bangunan ini merepresentasikan nama dari Minangkabau itu sendiri yang mengambil kata “kabau” atau dalam bahasa Indonesia “kerbau” yang bertanduk. Bentuk tanduk ini lalu dijadikan desain rumah tradisional Minangkabau yang disebut sebagai “gonjong” pada bagian atap. Oleh sebab itu, rumah tradisional ini disebut sebagai rumah gonjong atau sebutan lainnya rumah gadang.

Adat Istiadat

Minangkabau: Keunikan Budaya serta Adat Istiadat nya

Beragam adat istiadat Minangkabau sampai saat ini masih dilaksanakan. Pada setiap perayaan, berbeda pula  adatnya mulai dari perkawinan, upacara, selamatan, bahkan saat musim panen, dan penyambutan bulan suci Ramadhan. Saat pelaksanaan perkawinan, salah satu adatnya adalah malam bainai. Malam bainai diartikan sebagai malam terakhir bagi mempelai wanita untuk merasa bebas sebagai wanita lajang. Bainai secara harfiah berarti pemakaian inai atau penggunaan inai, yaitu pengolesan daun inai yang ditumbuk halus,pada kuku pengantin wanita. Selanjutnya yaitu adat balimau untuk penyambutan bulan Ramadhan. “Balimau” atau jika diartikan ke Bahasa Indonesia berarti “mandi”, biasanya dilaksanakan di sungai dengan melakukan ritual mandi bersama dan meminta maaf satu sama lain. Tradisi ini dipercaya dapat menyucikan roh sebelum menyambut bulan suci.

Baca juga:

Kuliner Tradisional

Kuliner khas Minangkabau yang terkenal hingga ke mancanegara adalah rendang. Rendang merupakan masakan daging yang dimasak dengan rempah-rempah khas dan direbus hingga kering. Selain rendang, makanan khas lainnya adalah gulai ikan, sate padang, ketupat sayur, dan dendeng balado, dan lainnya.

Categories
Artikel

Asal Usul Nama Minangkabau, Ternyata Begini Cerita Rakyatnya

Mengenal arti dari nama Minangkabau, ternyata memiliki makna yang sangat dalam menurut cerita rakyat yang beredar di Minangkabau sendiri.

 

Asal usul nama Minangkabau itu, dimulai saat adanya momen Kerajaan Majapahit pergi berkunjung ke Kerajaan Pagaruyung. Tujuan dari Kerajaan Majapahit itu ialah untuk berperang.

 

Istilah nama Minangkabau itu, dikenal juga oleh masyarakat sebagai penyebutan kepada penduduk asli dari Provinsi Sumatera Barat. Biasanya, kata Minangkabau bakal disingkat menjadi orang Minang.

 

Asal usul kata Minangkabau, berdasarkan cerita rakyatnya, dahulu kala karena ingin mengalahkan Kerajaan Majapahit yang datang ke Kerajaan Pagaruyung.

 

Karena tak ingin terjadinya perang besar yang bisa menewaskan serta merugikan rakyat di Minangkabau, para petinggi Kerajaan Pagaruyung saat itu memilih untuk berdamai.

 

Tapi, ternyata Kerajaan Majapahit tidak dan tetap bersikukuh untuk berperang. Lalu, para petinggi di Kerajaan Pagaruyung berpikir sejenak, hingga di dapatilah sebuah cara untuk mengalahkan Kerajaan Majapahit.

 

Bermula saat Pertarungan Kerbau Dewasa Vs Anak Kerbau

 

Berdasarkan cerita rakyat terkait asal usul nama Minangkabau, dimulai pada peperangan antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pagaruyung ini. Tapi, mereka bukan perang yang menewaskan ribuan rakyat.

 

Para petinggi Kerajaan Pagaruyung, mengajak Kerajaan Majapahit untuk berunding dan memutuskan untuk mengadu kerbau mereka. Konsekuensi dari adu kerbau itu, disebut-sebut bahwa yang menang bakal bisa menguasai Kerajaan Pagaruyung.

 

Keinginan dari para petinggi Kerajaan Pagaruyung itu, disetujui oleh utusan Kerajaan Majapahit. Saat adu kerbau bakal dilakukan, masing-masing kerajaan mencari kerbau terbaik yang bakal melangsungkan pertandingan.

 

Berdasarkan cerita rakyat terkait asal usul nama Minangkabau, ternyata Kerajaan Majapahit berhasil menemukan kerbau yang sangat besar dan kuat. Hal itu pun membuat semangat dari Kerajaan Majapahit semakin besar.

 

Berdasarkan ukuran dan kekuatan kerbau, Kerajaan Pagaruyung ternyata memilih kerbau yang lebih kecil dan bahkan sangat lemah. Kerbau yang dipilih Kerajaan Pagaruyung, hanyalah anak kerbau yang pasalnya juga masih menyusu.

 

Kendati demikian, ternyata ada tujuan dan pemikiran yang sangat hebat dengan dipilihkan anak kerbau itu oleh Kerajaan Pagaruyung.

 

Sebelum dilangsungkannya pertandingan, anak kerbau yang dipilih Kerajaan Minangkabau itu dipisahkan dahulu dari induknya, hingga tiga hari lamanya. Barulah setelah itu, anak kerbau itu diajak bertanding melawan kerbau dewasa.

 

Pada sisi mulut dan tanduk anak kerbau, dipasangkan sebuah alat yang dapat merobek dan menusuk lawannya. Tujuannya, ternyata supaya anak kerbau ini bisa menang.

 

Saat hari pertandingan tiba, Kerajaan Majapahit tampil dengan beraninya membawa kerbau yang sangat besar dan kuat. Tapi, Kerajaan Pagaruyung tak sedikit pun gentar.

 

Saat kerbau dilepaskan di pertandingan itu, anak kerbau yang telah dikurung tiga hari lamanya dan merasa haus akan air susu, langsung mengejar kerbau dewasa yang besar itu.

 

Tanpa pikir panjang, anak kerbau milik Kerajaan Pagaruyung, mengira bahwa kerbau dewasa milik Kerajaan Majapahit itu adalah ibunya.

 

Anak kerbau itu, pergi ke arah puting susu kerbau, dan menggigit badan kerbau milik Kerajaan Majapahit hingga robek. Karena, di mulut dan tanduk anak kerbau itu, telah dipasang oleh Kerajaan Pagaruyung sebuah alat untuk melukai lawan.

 

Tak butuh waktu lama, kerbau besar milik Kerajaan Majapahit itu, bisa lumpuh dengan cepat ketika melawan anak kerbau milik Kerajaan Pagaruyung.

 

Saat kemenangan itulah, rakyat Pagaruyung bersorak “Manang Kabau” jika diartikan ke bahasa Indonesia, memiliki terjemahan “Menang Kerbau”.

 

Lalu, karena didengar sepintas oleh seluruh rakyat, terdengarlah seperti bunyi kata “Minangkabau”.

 

Makna dari Pertarungan Kerbau

 

Cerita rakyat terkait asal usul nama Minangkabau, ternyata bukan saja dikenang sebagai cerita untuk hiburan semata. Tapi, juga menyimpan banyak sekali pesan dan pelajaran yang bisa diambil.

 

  1. Berpikir Kritis

 

Dengan diajaknya para petinggi Kerajaan Pagaruyung bertarung atau berperang. Tidak langsung menyulut emosi dan ego semata. Tapi, masyarakat Minang haruslah berpikir dahulu sebelum bertindak.

 

Lalu, memilih mana yang lebih minim resiko dan kemungkinan menangnya besar.

 

  1. Orang-orang Cerdik

 

Dari cerita rakyat yang telah penulis paparkan di bagian awal tulisan ini. Menyiratkan bahwa petinggi Minangkabau itu, dahulunya adalah orang yang cerdik.

 

Mereka, mampu memikirkan bagaimana caranya menang tanpa harus termakan ego diri sendiri dan menyusahkan rakyatnya.

 

Baca juga:

Mereka, malah memilih anak kerbau yang jika dipikir-pikir, bakal dikalahkan dengan mudah. Tapi ternyata, karena kecerdikan itulah, anak kerbau milik Kerajaan Pagaruyung bisa menang.

 

Nah, bagaimana dengan tulisan terkait cerita rakyat asal usul nama Minangkabau berikut? Semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari cerita itu ya.

 

Categories
Artikel

Upacara Adat di Minangkabau yang Masih Eksis Hingga Kini

Upacara Adat di Minangkabau dikenal sebagai salah satu yang memiliki banyak tradisi dan sangat berpegang teguh kepada adat istiadat. Hingga kini pun, masih banyak tradisi yang masih eksis di semarakkan oleh masyarakat Minangkabau, seperti halnya upacara adat.

Ternyata, di Minang tak hanya memiliki satu upacara adat, tetapi mencapai puluhan. Pada tulisan ini, kami akan merangkum lima upacara adat yang masih eksis dan dinikmati oleh masyarakat Minangkabau.

Apa Itu Upacara Adat?

Upacara adat merupakan salah satu tradisi yang biasa digunakan oleh masyarakat tradisional dan mengandung nilai-nilai yang cukup relevan untuk kebutuhan masyarakat pada pengikutnya.

Tujuan dari upacara adat tersebut juga bermacam-macam, tergantung kebutuhan dan kepentingan dari masing-masing suku. Selain itu, upacara adat juga berfungsi untuk melestarikan budaya dari generasi ke generasi.

Dengan tetap dikenalnya upacara adat yang ada di Minangkabau, hal ini berdampak baik terhadap pengetahuan generasi muda terkait pemahaman adat di daerah asalnya, yaitu Minangkabau.

Berikut Upacara Adat di Minangkabau yang Masih Eksis Hingga Kini

1. Upacara Tabuik

Upacara Tabuik (1)

Upacara Tabuik merupakan tradisi tahunan di Sumatera Barat, khususnya oleh masyarakat Pariaman. Perayaan Tabuik ini sudah ada sejak abad ke-19 Masehi.

Upacara Tabuik dilakukan di kawasan Kota Pariaman, disimbolkan juga sebagai peringatan atas hari wafatnya seorang cucu Nabi Muhammad SAW yakni Husein bin Abi Thalib pada 10 Muharram.

Perayaan Tabuik tersebut tak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar Pariaman saja. Tapi juga dikenal luas oleh masyarakat luar daerah. Maka dari itu, tak jarang ketika perayaan Tabuik dilakukan, lebih dari puluhan ribu masyarakat berkumpul untuk menyaksikannya.

Perayaan Tabuik ini juga dikenal meriah, sebab ada iring-iringan berbentuk manusia setengah kuda yang diarak dari kota Pariaman menuju tepi pantai dan dibuang ke laut. Tak lupa pula, dalam prosesnya kita akan mendengarkan alunan gendang tasa khas Pariaman yang sangat asik itu.

2. Batagak Panghulu

Batagak Panghulu

Upacara adat yang satu ini khusus hanya dilakukan dalam rangka meresmikan seorang datuk menjadi panghulu.

Istilah panghulu oleh masyarakat Minangkabau digunakan sebagai pemimpin kaum danm menjadi ninik mamak di nagarinya.

Upacara batagak panghulu ini ternyata juga dihadiri oleh orang banyak. Sebab dalam pengangkatannya tak dapat dilakukan oleh pihak keluarga saja. Namun juga harus melibatkan Kerapatan Adat Nagari (KAN).

Terkait waktu pelaksanaannya, upacara batagak penghulu ini tak memiliki jadwal yang rutin di setiap tahunnya. Sebab upacara ini hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja dan bersifat kondisional.

3. Batagak Kudo-kudo

Batagak Kudo-kudo

Upacara batagak kudo-kudo ini merupakan salah satu tradisi yang masih sering ditemui di Minangkabau. Sebab hingga kini, saat ada masyarakat yang hendak membanguun sebuah rumah, maka upacara batagak kudo-kudo ini akan bisa kita saksikan.

Tujuan dari batagak kudo-kudo ini dilakukan sebagai mempererat tali silaturahmi antara masyarakat di Minangkabau. Sebab ada tradisi bagotong royong di dalam pelaksanaannya.

Pada upacara batagak kudo-kudo, masyarakat dan sanak famili keluarga yang membangun rumah akan diundang. Dan yang paling menarik dalam upacara ini adalah tamu undangan tersebut akan membawa hadiah untuk tuan rumah.

Hadiah atau buah tangannya pun bermacam-macam, ada yang berupa seng, batu bata, pasir atau bahan bangunan lainnya hingga uang. Nominal dan besarannya pun tak jadi patokan, seadanya saja.

4. Pacu Jawi

PACU JAWI

Bagi anda pecinta adrenalin dan penikmat aktivitas luar ruangan, upacara pacu jawi di Minangkabau ini pasti bisa menjadi referensi yang wajib untuk ditonton.

Pacu jawi sama dengan balapan sapi. Tradisi ini digelar di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Pacu jawi ini telah ada di Minangkabau sejak ratusan tahun lalu. Saat ini, tradisi ini dilakukan oleh para petani selepas musim panen untuk mengisi waktu luas sembari menghibur masyarakat setempat.

Pada praktiknya, pacu jawi dikendarai oleh joki dan dilepas tanpa lawan tanding. Artinya, pacu jawi ini dilakukan tidak dilakukan bergandengan dengan lawannya, tapi dilihat berdasarkan kecepatan dan kemampuan berlari yang lurus oleh tim juri dan penonton.

Tak jarang juga, sapi pemenang pada upacara pacu jawi ini akan dibeli dengan harga yang mahal. Ini, juga menjadi keuntungan bagi pemilik sapi, sebab mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil penjualan.

5. Mandi Balimau

MANDI BALIMAU

Upacara adat yang terakhir adalah mandi balimau. Penulis rasa seluruh masyarakat Minangkabau bahkan luar daerah Minang pun kenal dengan tradisi mandi balimau ini. Sebab, tradisi ini juga sering dilakukan oleh anak muda hingga tua.

BACA JUGA :

Mandi balimau oleh masyarakat Minangkabau dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini memiliki esensi untuk mensucikan diri secara lahir dan batin sebelum menjalankan ibadah puasa.

Cukup sudah penulis paparkan lima bentuk upacara adat yang masih dikenal hits di Minangkabau. Bagaimana, apakah anda salah satu dari masyarakat Minangkabau yang masih mengikuti kelima upacara adat ini?