Saudagar Minang Raya

Categories
Artikel

Makanan Khas Minangkabau, Lamang Tungkek dari Sawahlunto

Ranah Minang adalah penghasil makanan dan jajanan tradisional yang hingga kini masih dinikmati oleh kalangan muda-mudi. Jajanan tersebut beraneka ragam, ada Sala, Pinyaram dan Lamang. Ketiga jajanan tradisional ini masih sangat hits dan diminati oleh masyarakat Minang di Sawahlunto.

Pada tulisan ini, penulis akan membahas tentang makanan Lamang Tungkek. Sebuah makanan khas dari kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Lamang Tungkek ini ternyata hanya ada di Sawahlunto setiap lebaran Idul Adha saja, hal itu juga menjadi ciri tersendiri dan membuat Lamang Tungkek sangat ditunggu-tunggu di setiap tahunnya.

Ketika membaca kata “tungkek” pada nama Lamang Tungkek ini, pembaca pasti mengira jika dalam proses pembuatannya menggunakan tungkek atau tongkat. Namun, hal itu tidaklah benar, karena pada pembuatan Lamang Tungkek ini tidak ada menggunakan tongkat, malahan menggunakan bambu sebagai media pembuatannya.

Lamang Tungkek terbuat dari tepung beras yang dimasak menggunakan santan dan saka (gula aren). Setelah semua adonan tersebut disatukan, barulah kemudian dibungkus dengan daun pisang. Proses membungkus ini juga menggunakan teknik khusus, yaitu dengan mengikat bagian atas, tengah dan bawah adonan tersebut menggunakan tali.

Tak jarang juga masyarakat sekitar Sawahlunto menyebut Lamang Tungkek ini dengan sebutan Lamang Pocong, pasalnya saat adonan tersebut diikat menggunakan tali, persis menyerupai bentukan pocong, yaitu diikat pada bagian atas, tengah dan bawah.

 

Lamang Tungkek dan Tradisi Bertamu di Sawahlunto

Seperti yang penulis sampaikan di awal tadi, bahwa Lamang Tungkek ini akan banyak ditemui di Sawahlunto saat lebaran Idul Adha tiba. Pada saat Idul Adha tiba, masyarakat Sawahlunto memiliki tradisi mengunjungi rumah kerabat dan tetangganya untuk saling bersilaturahmi dan bercengkrama.

Pada tradisi mengunjungi rumah kerabat ini, bisa dipastikan bahwa Lamang Tungkek tak pernah absen menjadi buah tangan untuk dibagikan ketika bertamu dari rumah ke rumah. Meskipun setiap keluarga di Sawahlunto itu telah membuat dan memiliki Lamang Tungkek sendiri, saat tamu datang yang mereka berikan juga Lamang Tungkek ini, artinya sama seperti bertukar lamang.

Lamang Tungkek ini juga dijadikan sebagai oleh-oleh untuk masyarakat rantau yang kebetulan sedang pulang ke kampung halaman di Sawahlunto. Biasanya mereka akan menyantap si coklat pekat ini sebagai teman untuk ngopi dan ngobrol dengan keluarga karena sudah lama tak berjumpa.

Jadi, selain rasanya yang enak, Lamang Tungkek ini ternyata juga menyimpan sejarah tentang tradisi bertamu oleh masyarakat di Sawahlunto.

 

Proses pembuatan Lamang Tungkek

Walaupun Lamang Tungkek ini sangat diminati oleh masyarakat di Sawahlunto dan menjadi makanan khas daerah, ternyata membuat Lamang Tungkek ini sangat diperlukan proses yang panjang sebelum bisa disantap. Berikut prosesnya:

  1. Siapkan 3 liter tepung beras, 3 kg gula aren, 6 buah kelapa parut, desmani, spekuk, garam dan daun pandan secukupnya
  2. Siapkan daun pisang kira-kira 5 tandan dan jangan lupa untuk di panaskan di atas api hingga sedikit layu. Ingat, jangan sampai gosong, cukup warna daunnya berubah dari hijau menjadi menguning
  3. Setelah semua bahan siap, masak gula aren bersamaan dengan daun pandan dan tunggu hingga gula mencair dan berubah warna menjadi coklat pekat. Lalu, masukan santan dan dimasak hingga mengeluarkan minyak 
  4. Kemudian, masukan tepung beras yang sudah diberi air ke adonan santan tersebut. Lalu jangan lupa diberi garam, desmani dan spekuk secukupnya, dan diaduk hingga merata.
  5. Setelah semua adonan tadi dicampurkan di kuali besar, jangan lupa untuk selalu diaduk supaya adonan masak merata. Biasanya memerlukan dua orang untuk mengaduk adonan ini.
  6. Setelah adonan siap, baru langkah selanjutnya adalah membungkus adonan tersebut menggunakan daun pisang yang telah disiapkan tadi. Jangan lupa untuk mengikatnya di bagian atas, bawah dan tengah.
  7. Adonan tersebut dibungkus saat masih panas-panasnya, karena akan mudah dibentuk. Jika sudah dingin akan sulit untuk membungkusnya. Untuk ukuran adonan juga tidak ada aturan bakunya, hanya tergantung kepada keinginan si pembuat.
  8. Setelah adonan selesai dibungkus, barulah adonan tersebut dikukus hingga 15 menit
  9. Lamang Tungkek siap untuk disajikan

Bagaimana, apakah anda tertarik untuk mencoba membuat Lamang Tungkek ini di rumah? 

Categories
Artikel

KIM, Permainan Tradisional di Minangkabau yang Masih Hits

Minangkabau termasuk golongan daerah di Indonesia yang sangat banyak memiliki permainan tradisional dan masih dikenal hingga kini. Permainan tradisional itu pun tak hanya diminati oleh masyarakat tua saja, tapi juga anak muda hingga anak-anak ikut gemar memainkannya.

Jika anda masyarakat Minang, pasti tau dengan permainan ini, yaitu KIM. KIM bagi sebagian orang diartikan sebagai kepanjangan dari Kesenian Irama Minang. 

Berdasarkan kepanjangan dari kata KIM itu sendiri, kita pasti sudah tergambarkan permainan jenis apa KIM ini. Secara ringkasnya, tentunya KIM sangat erat dengan kesenian dan bunyi-bunyian.

 

Kapan KIM Dimainkan?

Bagi masyarakat Minang, KIM itu sendiri sangat ditunggu-tunggu pada saat acara pernikahan ataupun acara kenagarian dan pemuda. Biasanya masyarakat akan sangat bersemangat jika mengetahui di acara tersebut ada permainan KIM ini.

Semangat masyarakat itu pun bukan tanpa sebab, pasalnya dalam permainan KIM, akan banyak hadiah yang bisa dibagikan kepada pemain jika mereka beruntung. Hadiahnya pun beraneka ragam, ada yang biasa-biasa saja, hingga yang mewah seperti motor hingga kulkas. Tergantung siapa yang membuat acara.

Selain itu, permainkan KIM ini juga tak sama dengan orgen tunggal yang biasanya sangat dekat dengan budaya minum minuman keras dan keributan. Pada permainan KIM ini, penonton bisa terhibur lewat musik dan lagu-lagu dari pemain KIM dan bila beruntung mereka akan dapat hadiah dari kupon yang dibagikan secara gratis oleh tuan rumah.

Kendati permainan KIM ini hanya ada di Minang, bukan berarti para perantau Minang tak bisa menikmatinya di ranah rantau. Ternyata banyak juga perantau Minang ini ikut memainkan KIM di rantau dengan cara mengadakan acara seperti reunian atau pernikahan yang berisikan permainan KIM di dalamnya.

Hal itu mereka lakukan untuk melepas kerinduan tanah kelahiran dan jauh di rantau orang. Jadi, walaupun raga sudah tak lagi di ranah Minang, mereka tetap bisa terhibur dengan permainan KIM ini.

Di Minangkabau sendiri, tak semua masyarakat juga mampu untuk menghadirkan permainan KIM di setiap acara yang mereka gelar. Karena biaya untuk mengundang pemain KIM ini juga tak sedikit, jadi yang mengundangnya biasanya hanya masyarakat Minang golongan menengah keatas.

Namun, masyarakat Minang juga tetap bisa dihibur dengan ikut melihat dan berpartisipasi menjadi peserta di KIM ini. Karena biasanya tuan rumah akan membagikan kupon-kupon secara gratis, dan nantinya akan diundi nomornya untuk bisa mendapatkan hadiah bagi yang beruntung.

 

Apakah KIM Termasuk Judi?

KIM ini bagi sebagian orang ada yang menganggap judi, tapi ada juga yang menggapnya tidak judi. Setelah penulis rangkum dari beberapa sumber, ternyata KIM ini bisa dibilang sebagai judi jika pada penyelenggaraannya terdapat insert untuk mendapatkan kupon.

Pada semulanya, permainkan KIM di Minangkabau ini tidak menuntut bayaran dari penonton untuk mendapatkan kupon bermain. Semuanya ditanggung oleh tuan rumah yang menyelenggarakan. Namun, seiring berjalannya waktu, ada juga yang menjadikan KIM sebagai bagian dari permainan judi.

Mereka, meminta peserta untuk membeli kupon dengan harga tertentu dan baru bisa ikut bermain. Tentunya di sini ada pihak yang diuntungkan akibat pembelian kupon tersebut. Dan, praktik seperti ini baru bisa dikatakan sebagai judi.

Namun, jika KIM yang digelar itu hanya untuk senang-senang dan berbagi kebahagiaan kepada masyarakat tanpa memungut uang untuk dapat bermain. KIM tetaplah sah untuk diselenggarakan, dan asyik untuk dimainkan.

 

Bagaimana Cara Bermain KIM?

Permainan KIM ini diselenggarakan bersama dengan iringan musik dan lirik lagu yang diubah oleh pemain KIM. Biasanya lagu yang dimainkan itu adalah lagu jadul berbahasa Minang dan nanti di beberapa bait akan diubah beberapa katanya menjadi nomor yang ada di kupon.

Untuk itu sangat dianjurkan kepada peserta KIM untuk bisa fokus mendengarkan lirik demi lirik yang dilagukan saat bermain KIM. Karena jika ketinggalan satu nomor saja, bisa gagal untuk melanjutkan permainan dan otomatis pulang tanpa membawa hadiah.

Lirik lagu yang diplesetkan oleh tukang lagu di KIM ini kira-kira sebagai berikut:

Karambia satandan labek

Baminyak tangah kuali

Bapasan jo anak ketek

Si anam nan duo kali

Nah, melalui lirik ini peserta KIM bisa mencorong angka 66 pada kuponnya. Karena pada lirik lagu tersebut terdapat kalimat “Si anam nan duo kali” atau bahasa Indonesianya, angka enamnya ada dua.

Lalu ada lagi contoh yang lain, yaitu:

Diguncang batu diguncang

Diguncang si jando mudo

Hei tolong si abang pasang

Pasangkan si tigo duo

Pada lirik lagu ini, peserta KIM bisa mencoreng angka 32 pada kuponnya. Karena pada lirik lagu tersebut terdapat kalimat “Pasangkan si tigo duo” atau bahasa Indonesianya adalah pasangkan tiga dua.

Ketika lagu sudah dimainkan dan terdapat peserta KIM yang berhasil mendapatkan kupon dengan nomor yang sudah tercoreng satu baris mendatar dan menurun, maka peserta tersebut berhak mendapatkan hadiah yang telah disediakan oleh tuan rumah.

Jadi, beginilah bentuk permainan di ranah Minang yang masih dikenal dan diminati hingga kini. Untuk itu, mari tetap kita jaga kelestarian permainan tradisional ini supaya tidak digantikan dengan budaya modern. Supaya, anak cucu kita masih tetap bisa menikmatinya nanti.