Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar)dan Pemprov Sumatera Utara (Sumut) percobaan membangun kerja sama pangan dan pertanian. Kesempatan ini ditandai dengan kesepakatan antara kedua Gubernur daerah bertetangga tersebut.
Sebagaimana dilansir dari RMOLSUMUT, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Gubernur Sumbar Mahyeldi telah menyusun Perjanjian Kerja Sama (PKS) bidang pangan dan pertanian. Penandatanganan PKS dilaksanakan saat acara ‘Sepakan di Ranah Minang’, Rabu (9/11/2022) di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41, Medan.
Kedua kepala daerah berharap PKS mampu meningkatkan perekonomian kedua provinsi, serta cukup ketersediaan bahan pangan. Kerja sama ini juga diharapkan dapat menjadikan kedua provinsi maju dan berkembang bersama.
Baca juga : Melirik Potensi Pertanian Sumbar sebagai Penopang Perekonomian Daerah
Dalam momen membobol PKS itu, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebut hasil pertanian dan tingkat kebutuhan daerahnya mirip dengan Sumbar, namun khusus bawang merah Sumut mengalami kondisi surplus. Sementara Sumbar tidak punya produksi minyak goreng dan Sumut yang surplus.
Baca juga : Sumatera Barat Menjadi Salah Satu Masa Depan Bisnis Indonesia
Melihat kondisi itu, kedua provinsi tampak saling membutuhkan, sehingga butuh kerja sama yang kuat di antara keduanya. Selain bekerja sama soal pertanian, Edy Rahmayadi juga berharap ikatan persaudaraan masyarakat Sumbar dan Sumut juga semakin kuat, termasuk masyarakat Minang yang tinggal di Sumut.
Ditambah lagi, masyarakat Minang di Sumut adalah salah satu penggerak roda perekonomian. Lebih dari satu juta jiwa masyarakat Minang tinggal di Sumut, dan mayoritas menjadi penggerak perekonomian. Banyak di antara mereka yang membuka usaha, dan kondisi ini sudah terjadi sejak dulu. Kondisi terikat dengan masyarakat juga bagus, sehingga Edy berharap ikatan persaudaraan kedua daerah terus terjalin.
Dalam pertemuan PKS itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi juga menjelaskan bahwa sejarah ikatan Sumbar dan Sumut sudah sangat lama terjalin, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Selain soal perdagangan, ulama-ulama Sumbar juga banyak yang belajar ke Barus, begitu juga soal pendidikan dan industri.