Saudagar Minang Raya

Categories
Artikel

5 Istilah Penting Dalam Adat Minang Yang Wajib Kamu Tau

Minangkabau merupakan salah satu suku penganut sistem matrilineal di dunia. Salah satu suku terbesar di Indonesia ini sebagian besar mendiami Provinsi Sumatera Barat.

Orang Minang saat ini merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Kata matrilineal berasal dari dua kata yaitu kata matri (ibu) dan lineal (garis). Artinya sistem kekerabatan yang mengacu pada garis keturunan ibu.

Jika membahas tentang sistem matrilineal suku Minang, maka ada sejumlah istilah yang terdengar asing bagi kebanyakan orang.

Berikut ini 5 istilah penting dalam Adat Minang yang wajib kamu tau.

  1. Bundo Kanduang

Bundo kanduang merupakan salah satu istilah populer dalam sistem matrilineal suku Minangkabau. Bundo kanduang secara harfiah bermakna “ibu sejati”, yaitu seorang perempuan Minang yang menjalankan perannya sebagai seorang ibu dalam konteks adat dan budaya.

Kehadiran seorang perempuan sangat penting dalam keluarga Minang karena dalam kekerabatan matrinileal garis keturunan mengikuti garis ibu. Jika tidak memiliki keturunan perempuan, maka garis keturunan keluarga tersebut bisa terputus.

  1. Ninik Mamak

Ninik mamak adalah saudara kandung laki-laki dari pihak ibu atau sebutan lain dari paman. Dalam suatu perkawinan, seorang ninik mamak memiliki peran besar terhadap kemenakan (keponakan) terutama keponakan perempuan. Ninik mamak berperan dalam mendidik semua keponakannya.

Pada intinya ninik mamak memiliki posisi yang kuat serta dominan dalam memimpin keluarga, bahkan bisa lebih kuat daripada ayah kandung.

  1. Sumando

Sumando berasal dari bahasa Melayu Kuno, yang artinya menumpang sementara waktu. Dalam bahasa Minang, sumando berarti menantu laki-laki.

Setelah menikah, seorang pria Minang menjalankan peran sebagai urang sumando atau orang yang menumpang di rumah keluarga istrinya.

Dalam adat Minang urang sumando digambarkan seperti “abu di ateh tunggua”, artinya mereka memiliki posisi yang sangat lemah di tengah keluarga istrinya karena dianggap tamu. Namun, sebagai urang sumando mereka tetap sangat dihormati dan dipanggil berdasarkan gelar yang mereka miliki diantaranya Bagindo, Sutan, atau Sidi.

  1. Malakok

Menurut adat Minang, seorang anak yang lahir dari perkawinan antara laki-laki Minang dengan perempuan bukan Minang tidak bisa dimasukkan ke dalam garis keturunan Minangkabau. Anak yang lahir dari ibu non-Minang ini berstatus “anak tidak bersuku”.

Meski demikian, anak yang tidak bersuku ini bisa diberikan suku dengan cara menjalani proses adat yang disebut dengan malakok.

Secara bahasa, malakok memiliki arti menempel atau melekat. Seorang anak yang ingin malakok harus memenuhi syarat-syarat dan tata cara adat sebagai berikut :

  1. Dengan menyediakan siriah langko (sirih) yang di atasnya terdapat emas atau bisa diganti dengan uang tunai.
  2. Menyediakan seekor kerbau atau kambing yang dipotong dalam upacara pemberian suku.

3.Perwakilan kaum yang memiliki suku menerimanya.

  1. Mendapatkan persetujuan dari semua panghulu suku atau pemangku adat di wilayah setempat.

BACA JUGA :

Setelah syarat dipenuhi, anak yang menjalani prosesi malakok akan disebut dengan kemenakan bertali emas.

  1. Pasumandan dan Mandan

Penjelasan sebelumnya disebutkan kalau seorang laki-laki dalam struktur adat Minang disebut sebagai seorang sumando. Sementara kebalikannya, perempuan di tengah keluarga suaminya disebut dengan mandan. Keluarga pihak laki-laki menyebut istri dari saudara laki-lakinya itu dengan istilah pasumandan.

Itulah beberapa istilah wajib kamu tahu yang terkait dengan sistem matrilineal di adat Minang.

Categories
Artikel

Makanan Terenak di Dunia, Rendang Asal Payakumbuh

Siapa sangka jika kuliner di Sumatera Barat bisa masuk kategori terenak di dunia. Rendang masakan khas dari Minangkabau ini ternyata diakui secara internasional sebagai makanan terenak dan bahkan disebut sebagai warisan budaya duni

Salah satu daerah penghasil rendang terenak di dunia adalah Payakumbuh. Karena hal ini juga terdapat daerah di Payakumbuh yang disebut dengan Kampung Rendang.

Bagi sebagian masyarakat mungkin menganggap jika rendang itu hanyalah olahan daging sapi saja, tapi ternyata itu anggapan yang salah. Bahkan ada juga rendang telur dan rendang ikan, rendang paru dan rendang jamur. Tergantung sumber daya alam apa yang banyak di daerah tersebut.

Kampung Rendang di Payakumbuh

Kuliner rendang ini juga menjadi salah satu aspek daya tarik untuk mengundang wisatawan ke Sumatera Barat. Terutama sekali ke Kampung Rendang di Payakumbuh. Karena selain bisa menyantap rendang terenak sedunia ini, di Kampung Rendang Payakumbuh itu pengunjung juga bisa menyaksikan pengolahan dari membuat rendang ini.

Sebenarnya olahan rendang ini bukan hanya ada di Payakumbuh saja. Tapi setiap daerah di Sumatera Barat pasti memiliki olahan rendang tersendiri juga. Namun yang dikenal masyarakat luas dan memiliki cita rasa yang khas adalah rendang dari Payakumbuh ini.

Selain karena rasanya yang enak, Rendang asal Payakumbuh ini ternyata juga memiliki pengelolaan yang baik untuk menjadi destinasi wisata kuliner supaya dilirik wisatawan mancanegara. 

Dengan cara membuat slogan Kampung Rendang dan konsisten dengan rasa yang sama di setiap rendangnya, ternyata menjadikan Kampung Rendang asal Payakumbuh masuk daftar lokasi kuliner yang wajib untuk dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Hal ini juga lah penyebab dari rendang Payakumbuh diakui terenak sedunia.

Rendang Payakumbuh Diakui UNESCO

UNESCO bahkan juga memasukan rendang ke dalam kategori warisan budaya dunia. Hal ini ternyata bukan tanpa sebab, karena makanan khas Indonesia yang berasal dari Sumbar ini merupakan makanan terlezat di dunia dan berada di peringkat pertama.

Saking enaknya rendang ini, hampir seluruh masyarakat dunia mengetahui bahwa rendang ini merupakan makanan khas dari Indonesia.

BACA JUGA :

Bagaimana, apakah anda sudah pernah memakan rendang khas Payakumbuh? Jika belum, penulis menganjurkan untuk mencobanya, karena jika tak mencoba anda sangat rugi.

Mari sama-sama kita lestarikan kuliner khas Minangkabau ini. Dengan tetap memakan rendang dan belajar membuatnya, bisa menjadi langkah awal untuk tetap menjaga kelestariannya.