Kalau ditelusuri sejarah, landasan filosofis pada awalnya ditempa oleh kondisi yang ditimpakan oleh Belanda sehingga hanya bisa memulai sebagai pedagang kecil yang kemudian setelah melalui proses panjang sekitar dua abad, menjadi berkembang dan kuat seperti sekarang ini. Salah satu dari berbagai karakter mereka yang diterapkan dalam berusaha adalah kerja sama, kepercayaan dan tolong menolong antar mereka.
Karakter kerja sama tersebutlah yang dikatakan oleh berbagai pemerhati Minang, tidak cukup kuat di jajaran orang Minang, sesuatu yang memprihatinkan, sehingga tidak banyak pengusaha Minang yang menjadi kekuatan ekonomi raksasa, walaupun orang Minang juga memiliki berbagai karakter berusaha lain yang mirip dengan etnis Tionghoa.
Di samping keinginan membangun masyarakat Minang yamg madani dan sejahtera, kesadaran di atas , merupakan salah satu pendorong terbentuknya Koperasi Saudagar Minang Raya atau SMR pada tanggal 27 Januari 2017 dan 28 April 2017 diresmikan Menteri Koperasi dan UKM dan dihadiri Gubernur Sumbar. Koperasi ini diketuai untuk pertama kali oleh Prof Dr Fashbir.
Kegiatan usaha anggota telah didukung dan beberapa kerja sama antar anggota juga sudah terjalin. Pada tahun pertama, koperasi yang masih bayi ini dengan modal awal rp 800 juta telah, diperoleh SHU rp 300 juta. Namun sasaran SMR jauh di atas itu. Dicita-citakan koperasi ini menjadi koperasi berkaliber global dengan membina sebanyak mungkin anggota di seluruh dunia baik pribadi maupun badan usaha dan koperasi sehingga memiliki kekuatan yang membina produktivitas dan kualitasbarang-barang maupun kegiatan dagang para anggota sampai mampu penetrasi pasar global. Dengan kekuatan tersebut koperasi ini dengan mudah dapat akses ke bank maupun lembaga finansial lainnya untuk membantu keuangan usaha para anggotanya, sekaligus membebaskan dari cengkraman rentenir dan tengkulak.
Dalam Rapat Anggota Tahunan 30 Maret 2019 terpilih sebagai Ketua Bapak Joinerri Kahar, pengusaha kondang di Sumbar dan Jakarta, Prof Dr Fashbir sebagai Ketua Dewan Pengawas, Bapak Basril Djabar, wartawan dan pemilik koran Singgalang dan pengusaha, sebagai Ketua Dewan Penasihat. Jumlah anggota sudah lebih dari 250 orang.
Dalam jajaran pengurus dan pengawas dan penasehat ada Ir Evalinda, pemilik D’Besto, Dr HC Nurhayati, pemilik kosmetik Wardah, Prof Dr Erliza, dosen IPB, The Best Innovator 2017 serta pemilik Liza Herbal International dan Erliza Choccolate Factory. Prof Dr Maizar Rahman, mantan Gubernur OPEC dan Ketua Umum Yayasan Proklamator Bung Hatta, Prof Dr MS Marlina Apt, Wakil Ketua Forum Bisnis Halal Unand, Laksda TNI (Purn) Ardius Zainuddin, mantan Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dan banyak tokoh Minang lainnya.
Bidang kegiatan bisa seluas mungkin, pertanian, peternakan, industri manufaktur di berbagai bidang, perdagangan di berbagai sektor,e-commerce, industri pariwisata (tour, transportasi, perhotelan, pelatihan, manajemen, kuliner, kerajinan, kapal wisata), keuangan syariah dan berbagai kegiatan usaha lainnya.
Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya menjadikan koperasi-koperasi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi utama Indonesia, dengan mencontoh koperasi-koperasi besar di dunia. Tiga ratus koperasi besar di dunia memiliki pendapatan hampir 2,2 trilliun dollar per tahun atau sama dengan 30 ribu trilliun rupiah, 15 kali APBN Indonesia. Pendapatan terbesar diperoleh Credit Agricole di Perancis, sebesar 104 milyar dollar di tahun 2011, yang merupakan bank milik gabungan ribuan koperasi-koperasi pertanian di negara tersebut. Koperasi-koperasi besar tersebut, hampir seluruhnya berada di negara- negara maju di Amerika, Eropa dan Asia. Tidak satupun koperasi Indonesia yang masuk dalam kategori koperasi besar tersebut. Karena selayaknya kita belajar kepada koperasi- koperasi besar dunia bagaimana mereka mampu menjadi entitas besar yang memakmurkan anggota-anggotanya serta berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara mereka.
Menambah anggota sebanyak mungkin di Indonesia dan di luar negeri, mendukung kegiatan usaha anggota dan menciptakan berbagai kerjasama usaha antar anggota, meluaskan jejaring bisnis, go internasional, membentuk badan-badan usaha melalui wadah SMR serta membina sebanyak mungkin kader-kader koperasi adalah kegiatan yang ingin disegerakan koperasi ini.
Untuk itu kami mengundang ribuan keluarga Minang dimana saja, baik sebagai keturunan Minang ataupun berkekerabatan dengan keluarga Minang dalam tali perkawinan apakah sebagai mertua, menantu, suami, isteri, anak dapat bersama-sama bergabung dengan koperasi SMR. Semoga dengan demikian kita bisa mengangkat ekonomi masyarakat Minang demi terciptanya masyarakat Minang yang maju dan sejahtera dan menjadi aset utama NKRI.
Prof Dr. Maizar Rahman, | Dewan Penasehat SMR
Kalau ditelusuri sejarah, landasan filosofis pada awalnya ditempa oleh kondisi yang ditimpakan oleh Belanda sehingga hanya bisa memulai sebagai pedagang kecil yang kemudian setelah melalui proses panjang sekitar dua abad, menjadi berkembang dan kuat seperti sekarang ini. Salah satu dari berbagai karakter mereka yang diterapkan dalam berusaha adalah kerja sama, kepercayaan dan tolong menolong antar mereka.
Karakter kerja sama tersebutlah yang dikatakan oleh berbagai pemerhati Minang, tidak cukup kuat di jajaran orang Minang, sesuatu yang memprihatinkan, sehingga tidak banyak pengusaha Minang yang menjadi kekuatan ekonomi raksasa, walaupun orang Minang juga memiliki berbagai karakter berusaha lain yang mirip dengan etnis Tionghoa.
Di samping keinginan membangun masyarakat Minang yamg madani dan sejahtera, kesadaran di atas , merupakan salah satu pendorong terbentuknya Koperasi Saudagar Minang Raya atau SMR pada tanggal 27 Januari 2017 dan 28 April 2017 diresmikan Menteri Koperasi dan UKM dan dihadiri Gubernur Sumbar. Koperasi ini diketuai untuk pertama kali oleh Prof Dr Fashbir.
Kegiatan usaha anggota telah didukung dan beberapa kerja sama antar anggota juga sudah terjalin. Pada tahun pertama, koperasi yang masih bayi ini dengan modal awal rp 800 juta telah, diperoleh SHU rp 300 juta. Namun sasaran SMR jauh di atas itu. Dicita-citakan koperasi ini menjadi koperasi berkaliber global dengan membina sebanyak mungkin anggota di seluruh dunia baik pribadi maupun badan usaha dan koperasi sehingga memiliki kekuatan yang membina produktivitas dan kualitasbarang-barang maupun kegiatan dagang para anggota sampai mampu penetrasi pasar global. Dengan kekuatan tersebut koperasi ini dengan mudah dapat akses ke bank maupun lembaga finansial lainnya untuk membantu keuangan usaha para anggotanya, sekaligus membebaskan dari cengkraman rentenir dan tengkulak.
Dalam Rapat Anggota Tahunan 30 Maret 2019 terpilih sebagai Ketua Bapak Joinerri Kahar, pengusaha kondang di Sumbar dan Jakarta, Prof Dr Fashbir sebagai Ketua Dewan Pengawas, Bapak Basril Djabar, wartawan dan pemilik koran Singgalang dan pengusaha, sebagai Ketua Dewan Penasihat. Jumlah anggota sudah lebih dari 250 orang.
Dalam jajaran pengurus dan pengawas dan penasehat ada Ir Evalinda, pemilik D’Besto, Dr HC Nurhayati, pemilik kosmetik Wardah, Prof Dr Erliza, dosen IPB, The Best Innovator 2017 serta pemilik Liza Herbal International dan Erliza Choccolate Factory. Prof Dr Maizar Rahman, mantan Gubernur OPEC dan Ketua Umum Yayasan Proklamator Bung Hatta, Prof Dr MS Marlina Apt, Wakil Ketua Forum Bisnis Halal Unand, Laksda TNI (Purn) Ardius Zainuddin, mantan Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dan banyak tokoh Minang lainnya.
Bidang kegiatan bisa seluas mungkin, pertanian, peternakan, industri manufaktur di berbagai bidang, perdagangan di berbagai sektor,e-commerce, industri pariwisata (tour, transportasi, perhotelan, pelatihan, manajemen, kuliner, kerajinan, kapal wisata), keuangan syariah dan berbagai kegiatan usaha lainnya.
Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya menjadikan koperasi-koperasi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi utama Indonesia, dengan mencontoh koperasi-koperasi besar di dunia. Tiga ratus koperasi besar di dunia memiliki pendapatan hampir 2,2 trilliun dollar per tahun atau sama dengan 30 ribu trilliun rupiah, 15 kali APBN Indonesia. Pendapatan terbesar diperoleh Credit Agricole di Perancis, sebesar 104 milyar dollar di tahun 2011, yang merupakan bank milik gabungan ribuan koperasi-koperasi pertanian di negara tersebut. Koperasi-koperasi besar tersebut, hampir seluruhnya berada di negara- negara maju di Amerika, Eropa dan Asia. Tidak satupun koperasi Indonesia yang masuk dalam kategori koperasi besar tersebut. Karena selayaknya kita belajar kepada koperasi- koperasi besar dunia bagaimana mereka mampu menjadi entitas besar yang memakmurkan anggota-anggotanya serta berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara mereka.
Menambah anggota sebanyak mungkin di Indonesia dan di luar negeri, mendukung kegiatan usaha anggota dan menciptakan berbagai kerjasama usaha antar anggota, meluaskan jejaring bisnis, go internasional, membentuk badan-badan usaha melalui wadah SMR serta membina sebanyak mungkin kader-kader koperasi adalah kegiatan yang ingin disegerakan koperasi ini.
Untuk itu kami mengundang ribuan keluarga Minang dimana saja, baik sebagai keturunan Minang ataupun berkekerabatan dengan keluarga Minang dalam tali perkawinan apakah sebagai mertua, menantu, suami, isteri, anak dapat bersama-sama bergabung dengan koperasi SMR. Semoga dengan demikian kita bisa mengangkat ekonomi masyarakat Minang demi terciptanya masyarakat Minang yang maju dan sejahtera dan menjadi aset utama NKRI.
Prof Dr. Maizar Rahman, | Dewan Penasehat SMR