Pepatah atau ungkapan bijak yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, memegang peranan penting dalam budaya masyarakat Minangkabau. Dalam bahasa Minangkabau, peribahasa disebut “pamuncak sabalun bicara”, yang berarti “perkataan di atas segala perbuatan”. Pepatah ini menjadi cerminan penting dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat Minangkabau.
Pepatah dalam budaya Minangkabau dipandang sebagai kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, pepatah juga dianggap sebagai bagian penting dari identitas budaya Minangkabau yang harus dilestarikan dan dijaga. Pepatah tidak hanya mengandung nilai-nilai moral, namun juga melarang cara hidup dan pandangan hidup masyarakat Minangkabau.
Di dalam kehidupan sehari-hari, pepatah digunakan sebagai pedoman untuk berinteraksi dengan sesama.Misalnya, pepatah “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang berarti “adat berasal dari hukum agama, dan hukum agama berasal dari Kitabullah”, melarang pentingnya mengatur kehidupan berdasarkan nilai-nilai agama dan adat yang berlaku di masyarakat.Selain itu, pepatah “alam takambang jadi guru” yang berarti “alam menjadi guru”, melarang pentingnya belajar dari pengalaman dan lingkungan sekitar.
Pepatah juga digunakan dalam konteks kehidupan keluarga, seperti pepatah “ranah bundo kanduang” yang berarti “bumi pertiwi sebagai ibu dan kerajaan sebagai ayah”, larangan memuliakan kedua orang tua dan menghargai asal-usul keluarga. Selain itu, pepatah “talua ka’iek, talua ka’dua, talua ka’tigo” yang berarti “tiga bulan pertama kehidupan bayi sangat penting”, melarang pentingnya memberikan perhatian khusus pada perkembangan bayi sejak awal kelahiran.
Baca juga : Minangkabau: Keunikan Budaya serta Adat Istiadat nya
Pepatah juga digunakan dalam konteks kehidupan masyarakat, seperti pepatah “manjando jando datang pado” yang berarti “apapun yang kita lakukan akan kembali kepada kita”, mengingatkan pentingnya bertindak dengan bijaksana dan memperhatikan akibat dari tindakan yang dilakukan. Selain itu, pepatah “bakar karambia, masak lambuik” yang berarti “membuang barang yang masih berguna”, melarang pentingnya menghargai sumber daya dan meminimalkan pemborosan dalam kehidupan sehari-hari.
Kali penulis akan lebih menjeskan tentang ungkapan atau ungkapan Minangkabau yang berbicara perihal kehidupan sosial. Karena kehidupan sosial merupakan suatu hal yang penting dalam kebudayaan Minangkabau. Masyarakat Minangkabau memiliki banyak pepatah yang melarang tentang pentingnya hidup dalam kebersamaan dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa pepatah Minangkabau tentang kehidupan sosial dan maknanya.
- “Alah kadalan, kato nan kadalan” – Maknanya “Memang bukan milik kita, tapi bagaimana kita membicarakannya.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya berbicara dengan baik dan sopan ketika membicarakan orang atau hal lainnya. Kita harus berbicara dengan bijaksana dan menghindari gosip yang dapat merusak hubungan sosial kita.
- “Mudiak arau, mudiak ka urang” – Maknanya “Orang yang pergi, tidak akan kembali lagi.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya menjaga hubungan dengan orang lain sebelum terlambat.Kita harus berusaha mempererat hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi dan menghindari membiarkan ego menghalangi hubungan sosial kita.
- “Sadar lauik, pandai diambuang” – Maknanya “Kepandaian yang tidak dipergunakan, sama saja dengan tidak memiliki kepandaian.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya kontribusi dalam masyarakat dan kelebihan bakat dan kemampuan kita untuk membantu orang lain.Kita harus memanfaatkan keahlian kita untuk membantu orang lain dan tidak hanya memikirkan diri sendiri.
- “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” – Maknanya “Adat berasal dari hukum agama, dan hukum agama berasal dari Kitabullah.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat Minangkabau. Kita harus menghargai nilai-nilai budaya dan agama yang diwariskan dari leluhur dan terus menjaganya dalam kehidupan sehari-hari.
- “Mamakai nan barih, nan barih dimamakai” – Maknanya “Yang memakai, harus memperhatikan apa yang dipakai.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya menghargai barang milik orang lain dan menjaga barang-barang yang dipinjam atau dipakai. Kita harus memperhatikan barang yang kita pakai dan tidak merusak atau mengabaikannya.
- “Jiak bilih bulan, ubek bilih ranah” – Maknanya “Jangan hanya menggantungkan harapan pada orang lain, kita harus berusaha sendiri untuk mencapai tujuan.” Pepatah ini melarang tentang pentingnya berusaha dan tidak hanya menggantungkan harapan pada orang lain.Kita harus berusaha untuk mencapai tujuan kita sendiri dan tidak hanya mengandalkan bantuan orang lain.
Demikianlah, enam pepatah yang membahas atau menyinggung tentang kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Mudah-mudahan dengan mengamalkan pepatah sebagai falsafah kehidupan, dapat menjaga hubungan antara kita sesama manusia dalam beragama, bernegara dan berbangsa.
Baca juga :